BROKEN HOME

Proses pendidikan bagi seorang anak tidak akan pernah terlepas dari peran keluarga. Sedangkan seiring berkembangnya zaman , banyak sekali kelurga yang terpecah. Sehingga keluarga yang semula sangat diperlukan dalam proses pendidikan anak justru menambah masalah dalam memberikan pendidikan pada anak. Maka dari itu kami disini mencoba mengupas tentang pengaruh keluarga yang pecah terhadap prestasi siswa.
I. Model – model perpecahan dalam kelurga
a. Kematian
Apabila anak menyadari bahwa orang tua tidak pernah kembali, mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih sayang mereka kepada orang tua yang masih ada. Dengan harapan memperoleh kembali rasa aman yang sebelumnya mereka dapatkan. Namun, jika orang tua yang masih ada tersebut masih larut dalam kesedihan dan masalah praktis yang ditimbulkan rumah tangga yang tidak lengkap lagi, anak akan mersa ditolak dan tidak diinginkan. Hal ini akan menimbulkan ketidaksenangan yang sangat membahayakan keluarga.
Pada awal masa hidup anak kehilangan ibu jauh lebih merusak dari pada kehilangan aayah. Alasannya ialah bahwa pengasuhan anak kecil dalam hal ini harus dialihkan ke sanak keluarga atau pembantu rumahtangga yang menggunakan cara mendidik anak yang mungkin berbeda dari yang digunakan ibu. Dan mereka jarang dapat memberikan anak perhatian dan kasih sayang yang sebelumnya ia peroleh dari seorang ibu.
Dengan bertambahnya usia, kehilangan ayah sering lebih serius daripada kehilangan ibu., terutama bagi anak laki –laki. Ibu harus bekerja dengan beban ganda dirumah dan pekerjaan diluar. Ibu mungkin kehabisan waktu atau tenaga untuk mengasuh anak sesuai dengan kebutuhan mereka. Akibatnya , mereka diabaikan dan timbullah rasa benci. Jika ibu tidak dapat memberikan hiburan dan lambang status seperti yang diperoleh teman sebayanya, maka kebencian anak akan meningkat. Bagi anak laki –laki yang lebih besar, kehilangan ayah berarti bahwa mereka tidak mempunyai sumber identifikasi sebagaimana teman mereka dan mereka tidak senang tunduk pada wanita dirumah sebagaimana disekolah meskipun itu ibu tiri.
Seandainya anak kehilangan kedua orang tuanya, itu malah lebih serius lagi. Disamping harus melakukan perubahan radikal dalam pola kehidupan, anak harus menyesuaikan diri dengan pengasuhan orang lain. Seringkali anak harus diasuh oleh seseorang yang tidak dikenalnya ( ibu tiri ).
b. Perceraian \ perpisahan
Rumah tangga yang pecah karena percerain dapat lebih berakibat buruk bagi anak daripada rumah tangga yang pecah karena kematian. Adapun alasannya:
1. Periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan sulit daripada proses penyesuaian yang menyertai kematian orang tuanya. Menurut Hozman dan Froiland, kebanyakan anak melalui 5 tahap penyesuaian. Antara lain:
 Anak cenderung menolak terhadap perceraian meskipun terkadang perceraian itu juga didukung karena beberapa pertimbangan yang ada.
 Kemarahan yang ditujukan kepada orang tua
 Tawar menawar dalam usaha mempersatukan orang tua
 Depresi
 Menerima dampak dari pengasuhan anak yang diputuskan hakim
2. Perpisahan sebab perceraian itu sifatnya serius, sebab mereka cenderung membuat anak “ berbeda” dalam mata kelompok teman sebayanya. Misalnya:
 Ketika ada acara wali murid, jika ditanya oleh teman sebayanya, dimana orang tuanya atu mengapa punya orang tua baru, maka anak ini cenderung menjadi serba salah dan merasa malu.
 Timbul rasa bersalah terhadap orang tua yang serumah ketika dia lebih suka tinggal dengan orang tua yang tidak serumah.
c. Orang tua bekerja diluar negeri
Keterikatan terhadap pengaruh pekerjaan orangtua terhadap perkembangan anak dan remaja telah meningkat pada tahun-tahun terakhir. Ibu yang bekerja di luar negeri adalah sebuah fakta kehidupan modern. Hal itu bukanlah aspek turunan dari kehidupan modern, melainkan sebuah tanggapan terhadap perubahan sosial lain yang memenuhi kebutuhan yang tidak ditemui oleh keluarga ideal masa lalu dimana ibu adalah sepenuhnya sebagai ibu rumah tangga. Itu tidak saja memenuhi kebutuhan orangtua, tapi dalam banyak cara, itu bisa menjadi pola yang lebih cocok untuk mensosialisasikan anak-anak pada peranan orang dewasa yang yang akan mereka terima.
Hal ini terutama berlaku bagi anak perempuan, tetapi juga berlaku bagi anak laki-laki. Jangkauan emosi dan kemampuan yang lebih luas yang diberikan tiap orang tua semakin konsisten dengan peranan sebagai orang dewasa ini. Seperti berbagi peranan ini juga.
Kebutuhan anak untuk bertumbuh menyebabkan ibu melonggarkan peganganya pada anak, dan tugas ini mungkin lebih mudah bagi wanita yang bekerja yang mana pekerjaanya merupakan tambahan sumber jati diri dan harga diri.

II. Pengaruh perpecahan/ keluarga yang tidak utuh bagi motivasi belajar siswa
a.Dampak Positif
Pada sebagian anak perpecahan tersebut malah manguntungkan karena perpecahan tersebut dapat mengeluarkan anak dan remaja dari perkawinan yang berkonflik . Banyak anak dan remaja yang keluar dari perceraian individu malah menjadi anak anak yang cakap dan mandiri. Dalam keadan tersebut anak mempunyai dorongan atau motifasi yang sangat tinggi dalam belajar dan pencapaian cita-citanya. Dengan kata lain anak menjadi lebih banyak teman karena tidak mau kesepian.

b.Dampak Negatif
1. Anak cenderung mendekati perubahan negatif
Tanpa adanya pengawasan dari orang tua, seorang anak berada pada kategori berbahaya. Karena anak bebas berbuat sesuatu. Apalagi dalam usianya yang masih labil, anak akan mudah terpengaruh dengan lingkungan. Dengan kata lain anak akan mengalami penurunan motivasi belajar. Sedangkan secara pengawasan anak tergolong longgar. Dampak lain yang sangat pelik adalah anak akan terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba, minuman keras,dll yang lepas dari kontrol norma agama.

2. Prestasi menurun
Status anak yang masih seorang pelajar tanpa adanya bimbingan orangtua menjadi surutnya motivasi belajar anak. Sehingga anak malas belajar dan berdampak pada prestasi anak yang cenderung menurun. Anak akan lebih senang bermain diluar rumah kare4na merasa tidak betah dirumah.
3. Timbul perasaan kurang percaya diri
Anak akan merasa tidak percaya diri jika mengingat keadaan keluarganya. Jika anak melihat keluarga lain yang lebih harmonis , anak akan merasa rindu kasih sayang keluarga dan akan merasa kurang dari mereka. Inipun akan sangat berpengaruh didalam proses pembelajaran dikelas. Anak menjadi tidak aktif dan lebih banyak diam.
4. Menyendiri atau kurang bergaul
Anak yang kurang percaya diri akan muncul perasaan takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Jadi anak jarang sekali bergaul karena merasa malu terhadap teman-temanya. Jika ada, mungkin anak akan punya beberapa teman saja.
5. Sensitif
Sikap sensitif pun juga akan timbul pada anak. Anak menjadi mudah tersinggung dengan oranglain. Emosi anak sangat mudah terpancing untuk naik.

III. Solusi bagi pendidikan
1. Seorang pendidik harus mampu melakukan pendekatan secara individual terhadap murid yang bersangkutan. Dengan begitu pendidik akan mampu melihat kebutuhan anak, masalah belajar anak sehingga mampu menguasai anak didik.
2. Pendidik memberikan pengarahan dan motivasi bagi murid atas apa makna kehidupan yang sebenarnya. Selain juga memberi motivasi apa pentingnya belajar itu.
3. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan murid. Dengan cara tersebut anak akan terkontrol supaya tidak berbuat hal-hal yang dilarang oleh agama. Seperti narkoba, minum minuman keras, seks bebas, dll.
4. Memberikan laporan dan berkonsultasi dengan orang tua yang ada ( wali siswa ).